Kamis, 19 Januari 2017



PONPES BAMBU ANTIQ



Pondok Pesantren Jeblogan Bambu Antiq merupakan pesantren khusus putra yang belum lama berdiri. Pendirinya adalah KH. M. Rodli Umar yang didampingi seorang istri, Ny. Hj. Istichoroh Syafi’i. Beliau lahir pada tanggal 10 Oktober 1963 di Desa Canden, Kutowinangun, Tingkir, Salatiga, putra keenam dari enam bersaudara dari pasangan ayah, M. Umar dan ibu bernama Munawarah. Beliau juga merupakan cucu dari K. M. Marzuq dan KH. Imam Baghowi, pendiri Pondok Pesantren kecil di Banyuputih, Sinoman, dan Desa Kecandran, Salatiga. Pendidikan non formal ditempuh selama 6 tahun (1977-1983) di Pondok Pesantren Reksosari, Suruh, Salatiga yang diasuh oleh KH. M. Mawardi. Kemudian, melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Dawar, Boyolali, setelah mendapat perintah dari gurunya. Di Pondok Pesantren Dawar yang diasuh oleh KH. M. Harishuddin ini, beliau menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu selama 3 tahun (1983-1986). Selanjutnya, pindah di Pondok Pesantren Agung Lirboyo, Kediri, Jawa Timur dengan lama pendidikan 6 tahun (1986-1992), yakni tingkat Tsanawiyah dan Aliyah Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien yang masing-masing ditempuh 3 tahun. Setelah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren selama +15 tahun (1977-1992), maka tiba saatnya untuk mengabdikan diri pada masyarakat. Dengan bekal pendidikan yang cukup, beliau memutuskan pergi ke Batur, sebuah dukuh yang berada di Desa Tegalrejo, Ceper, Klaten. Disinilah beliau menemukan pendamping hidup dan tepatnya pada tahun 1993 beliau diambil menantu oleh H. M. Syafi’i untuk dinikahkan dengan putrinya yang bernama Istichoroh. Ia merupakan adik KH. Drs. M. Nawawi Syafi’i, pengasuh Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin, Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten. Kepindahan beliau dari Salatiga ke Batur dan kemudian menetap di Dukuh Jeblogan, Ceper, telah diikuti oleh 5 santri putra. Masing-masing adalah: 1) Fauzan Romli dari Boyolali yang merupakan teman seangkatan ketika masih di Pondok Pesantren Lirboyo; 2) Latif Kurniawan, keponakan dari Salatiga; 3) Ahmad Saerozi Fuad dari Banyuwangi; 4) Mulyono Latif; dan 5) Abdush Shomad keduanya dari Boyolali. Kelima santri tersebut memperdalam ilmu agama dan tinggal menetap bersama beliau. Hal ini mendorong untuk segera mendirikan kamar sebagai tempat belajar sekaligus sebagai tempat menginap bagi mereka dan mengembangkannya menjadi sebuah pondok pesantren. Sebelum pendirian, KH. M. Rodli Umar memohon petunjuk kepada Allah Swt dengan menjalankan shalat istikharah. Dan Allah memberikan isyarah-Nya melalui mimpi, seolah-olah beliau duduk di atas kamar angkring yang terbuat dari bambu, di bawahnya terdapat air jernih yang di dalamnya terdapat ikan kecil yang cukup banyak. Berangkat dari mimpi itu, beliau lantas sowan, mohon doa restu kepada masyayikh (para guru). Diantaranya: 1) KH. Mawardi, pengasuh Pondok Pesantren Reksosari, Suruh, Salatiga; 2) KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Tokoh kharismatik ini cukup apresiasif dan memberi saran agar pondok pesantren yang nantinya akan didirikan diberi nama sesuai dengan nama dukuh atau desa setempat seperti halnya Lirboyo; dan 3) KH. M. Salman Dahlawi, seorang mursyid thariqah dan pengasuh Pondok Pesantren Almanshur, Popongan, Tegalgondo, Klaten. Hikmah yang diambil dari sowan ini adalah pesan agar dalam berjuang menegakkan agama Allah Swt dilandasi dengan niat dan sikap “Sing Ikhlas lan telaten”. Dengan taufiq dan hidayah Allah Swt serta restu dari masyayikh, akhirnya pada tahun 1995 berdirilah Pondok Pesantren Jeblogan Bambu Antiq yang ditandai dengan pendirian satu kamar santri yang terbuat dari bambu. Dasar filosofis yang dijadikan pijakan dan pertimbangan dalam pemberian nama pondok pesantren ini adalah: “Jeblogan” merupakan nama dari Dukuh setempat, sesuai dawuh KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Pendirian pondok pesantren ini diharapkan dapat mengangkat nama harum Dukuh Jeblogan dan sekitarnya. Kata “Bambu” diambil selaras dengan sejarah pendidikannya, bahwa pengajian santri bermula dari sebuah surau/gubuk yang terbuat dari bambu sekaligus sebagai sinkronisasi dan perwujudan hasil istikharah yang dilakukan KH. M. Rodli Umar. Bambu juga sebagai simbol perjuangan kemerdekaan bangsa dari penjajahan, dalam hal ini kemerdekaan dari kebodohan dan krisis moralitas adalah perihal yang perlu diperjuangkan. Sedangkan kata “Antiq” diambil karena pada waktu itu pengasuh memiliki usaha dibidang pengecoran logam alumunium, seperti lampu, meja, dan kursi antik. Bermula dari gubuk yang sangat sederhana itulah mulai berdatangan santri dari berbagai daerah. Pada tanggal 17 Jumadil Akhir 1419 H/ Oktober 1997 Pondok Pesantren Jeblogan Bambu Antiq mengadakan pengajian akhir tahun pelajaran (Akhiru al-Sanah al-Dirosiyah) yang pertama sekaligus peresmian yang dihadiri oleh Bapak Pelaksana Jabatan Kepala Desa Ceper, Bapak Maryoto dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Klaten, KH. Drs. Mukhlis Hudaf selaku Rois Syuri’ah dan KH. Drs. Syamsudin Asyrofi, M.Hum selaku Rois Tanfidziyah. Dan pada tahun 2001 Pondok Pesantren Jeblogan Bambu Antiq mengadakan pengajian akhir tahun pelajaran untuk yang ketiga kalinya dengan muballigh KH. Musthofa Bisri (Gus Mus) dari Rembang, Jawa Tengah. Ketika sowan, secara spontan Gus Mus memberi tafsiran mengenai nama “Bambu Antiq” dengan kepanjangan “Bersama Masyarakat Bersama Umat Anda Niat Tarbiyah Ilmu Qur’an”. Begitulah, hingga tafsiran itu dijadikan sebagai salah satu prinsip Pondok Pesantren Jeblogan Bambu Antiq dalam berdakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lirik Lagu Sunset - And I Hope

mungkin sekarang kau telah melupakanku dan mungkin sekarang kau bahagia disana tetapi di sini ku merindukanmu and i hope you come back aga...